Responsive Ads Here

Senin, 15 Januari 2018

Aneh, Yang Langka Beras Medium tapi Yang diimpor Beras Premium


Pemerintah akhir membuka keran impor beras pada awal tahun ini. Keputusan ini tertuang dalanm Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 1 Tahun 2018. Sebanyak 500.000 ton beras yang akan diimpor pada Januari 2018. Kebijakan ini muncul karena adanya kekurangan beras jenis medium sejak akhir tahun 2017. Akibatnya harga beras di pasaran pun melambung tinggi.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, harga beras jenis medium yang banyak dikonsumsi masyarakat selama Desember 2017 naik 2,66 persen dari Rp 9.280 per kilogram menjadi Rp 9.526 per kilogram.

Namun pernyataan tersebut bertolak belakang  dengan permyataan Kementerian Pertanian yang menyatakan bahwa stok beras aman hingga masa panen pada Maret 2018. Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyebut, pihaknya tidak khawatir terkait stok beras, sebab saat ini stok beras nasional mencapai 1 juta ton. "Hari ini stok kurang lebih 1 juta. Kalau ada yang mengatakan ini rendah, itu keliru," katanya Rabu (3/1/2018) lalu(kompas.com

Anehnya, meski yang mengalami kekurangan beras jenis medium tetapi Kementerian Perdagangan malah mengimpor beras premium, bukan beras medium. Yang menjadi persoalan di pasar adalah kelangkaan beras medium yang dikonsumsi hampir 98 persen masyarakat. Sementara beras premium hanya dikonsumsi dua persen penduduk.

Karena yang langka itu beras medium sudah semestinya bukan beras premium yang memang ditujukan kepada orang-orang berduit yang diimpor. Dan anehnya lagi  yang akan mengimport beras bukan Bulog tapi perusahaan swasta yakni PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) (PPI).
menjadi persoalan di pasar adalah kelangkaan beras medium yang dikonsumsi hampir 98 persen masyarakat. Sementara beras premium hanya dikonsumsi dua persen penduduk.

Karena yang langka itu beras medium sudah semestinya bukan beras premium yang memang ditujukan kepada orang-orang berduit yang diimpor. Dan anehnya lagi  yang akan mengimport beras bukan Bulog tapi perusahaan swasta yakni PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) (PPI).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar